Review Jurnal : Analyzing of Public Transport Trip Generation in Developing Countries; A Case Study in Yogyakarta, Indonesia
CRITICAL REVIEW
Analyzing of Public Transport Trip Generation in Developing Countries; A Case Study in Yogyakarta, Indonesia
Reviewer:
Milta Charennina.
Link Jurnal : https://zenodo.org/record/1085607#.X081H8j7TDc
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Yogyakarta, memiliki peran penting dalam berbagai sektor seperti pendidikan, pariwisata, pusat pemerintahan dan perdagangan. Sentralisasi kegiatan tersebut telah dikembangkan Yogyakarta menjadi kota kepadatan tinggi. Pada tahun 2009, jumlah penduduk yang menetap di Provinsi Yogyakarta adalah sekitar 1.254.731 orang. Kepadatan penduduk bervariasi antar kabupaten dari 1,236 orang / km2 ke 15,123 orang / km2 dengan rata-rata 2,990 orang / km2. pertumbuhan penduduk ini diprediksi meningkat setiap tahun yang membuat penyediaan transportasi umum yang baik dan dapat diandalkan menjadi bagian penting untuk mendukung kegiatan penduduk.
Kebutuhan permintaan transpotasi berasal dari gerakan yang muncul sebagai proses untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan olahraga. permintaan transportasi terjadi karena kebutuhan sehari-hari semua orang tidak tersedia di satu tempat. Dengan kata lain, permintaan transportasi sangat berkaitan dengan pola penggunaan lahan dan fasilitas yang tersedia di suatu wilayah atau zona yang dihasilkan atau menarik gerakan rakyat. Selain itu, permintaan jasa transportasi kualitatif dan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai fungsi waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, dll jasa transportasi yang tidak sesuai dengan permintaan transportasi menyebabkan sistem transportasi menjadi tidak efisien. Dengan demikian, penyediaan sarana transportasi harus dilakukan dengan hati-hati.
B. Permasalahan
Perubahan pola penggunaan lahan dan pesatnya pertumbuhan kepemilikan kendaraan, terutama sepeda motor, telah bergeser pola gerakan orang. Dengan demikian, perencanaan baru harus dilakukan dalam rangka menciptakan sistem transportasi umum yang handal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, model generasi perjalanan, sebagai langkah awal dalam empat langkah model transportasi, memiliki peran penting dalam memprediksi permintaan perjalanan terutama untuk angkutan umum. Hubungan antara berbagai faktor yang berhubungan dengan perjalanan orang harus dibentuk dalam rangka untuk mengetahui berapa banyak perjalanan yang akan dihasilkan atau tertarik dalam interaksi antara penggunaan lahan dan karakteristik sosial ekonomi
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perjalanan model generasi untuk penumpang angkutan umum di Yogyakarta dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
II. PEMBAHASAN
Menurut zona administrative Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan. Model transportasi pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang berisi hubungan antara atribut social ekonomi kota dengan jumlah perjalanan transportasu umum. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan survey rumah tangga, menggunakan teknik random sampling. Menggunakan populasi Yogyakarta sebanyak 110.005 rumah tangga dan tingkat kepercayaan 5%, jumlah minimum sampel yang dibutuhkan adalah 399 sampel. Dalam penelitian ini, jumlah ini diperluas ke 554 sampel. Jumlah tersebut didistribusikan ke masing-masing kecamatan. Setiap kecamatan diwakili oleh setidaknya 30 sampel, dan sisanya dari sampel didistribusikan ke kecamatan dengan jumlah penduduk lebih besar.
Tujuan perjalanan seseorang dilakukan karena berbagai alasan. Dalam penelitian ini, antara 863 perjalanan dihasilkan oleh 554 rumah tangga yang disurvei, sebagian besar perjalanan (329 perjalanan, 38,12%) yang perjalanan pulang sekolah berdasarkan mana baik asal atau tujuan dari pembuat perjalanan adalah rumah atau sekolah. Berbasis rumah belanja, pekerjaan dan universitas sebanyak 170, 163 dan 148 perjalanan atau 19.70 %, 18,89% dan 17,15% dari total perjalanan masing-masing. Orang-orang melakukan kegiatan mereka di waktu yang berbeda dalam sehari. Distribusi sementara ini juga ditemukan dalam penggunaan transportasi umum. Sebagian besar perjalanan angkutan umum didistribusikan dalam jam sibuk di mana 33,95% dibuat selama jam sibuk pagi di 06.00-08.00 AM dan 40,90% selama puncak sore di 13,00-17,00 PM. distribusi perjalanan Temporal mengikuti pola yang sama untuk semua tujuan perjalanan.
Keputusan untuk melakukan perjalanan angkutan umum dipengaruhi oleh beberapa atribut sosial ekonomi. Bagian ini memberikan beberapa hubungan antara perjalanan rata-rata dan beberapa atribut sosial ekonomi seperti pendapatan, ukuran keluarga, kepemilikan sepeda motor dan kepemilikan mobil. peningkatan pendapatan dari pembuat perjalanan. Tingkat perjalanan tertinggi dibuat oleh wisatawan dengan pendapatan tidak dengan rata-rata 1,24 perjalanan. Nilai ini menurun menjadi 0,33 bagi para pembuat perjalanan dengan pendapatan antara 0 sampai Rp. 1 juta dan terus menurun dengan meningkatnya pendapatan pembuat perjalanan. ukuran keluarga cenderung memberikan hubungan positif dengan rata-rata perjalanan. Rata-rata perjalanan tertinggi dilakukan oleh rumah tangga dengan 10 anggota keluarga. Jumlah rata-rata perjalanan menurun dengan mengurangi jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga.
Hasil survei menunjukkan bahwa kepemilikan sepeda motor mengurangi jumlah rata-rata dari perjalanan yang dilakukan oleh rumah tangga. Tingkat tertinggi (1,74 perjalanan) dibuat oleh rumah tangga tanpa kepemilikan sepeda motor. Nilai ini cenderung menurun sebagai jumlah peningkatan kepemilikan sepeda motor. Hubungan antara kepemilikan mobil dan perjalanan rata-rata dilakukan oleh rumah tangga juga menunjukkan kecenderungan yang sama dengan yang dari sepeda motor. Rata-rata perjalanan rumah tangga menurun dengan meningkatnya jumlah mobil yang dimiliki olehnya. Ada 1,60 perjalanan angkutan umum per rumah tangga yang dibuat oleh rumah tangga tanpa kepemilikan mobil. Nilai ini menurun ke 1,30 perjalanan di rumah tangga dengan 1 mobil dan terus menurun sebagai jumlah mobil bertambah.
Yogyakarta telah mencoba untuk merestrukturisasi fasilitas transportasi dengan menyediakan sistem transportasi umum yang lebih handal. Hal ini diwujudkan dengan membangun Bus Rapid Transit System disebut TransJogja yang pertama kali dioperasikan pada tahun 2008. Idealnya, fasilitas transportasi umum harus desain sesuai dengan permintaan nya. Bagian ini mencoba untuk menilai sarana transportasi saat ini TransJogja. Evaluasi ini difokuskan pada lokasi penampungan bus. Analisis dilakukan dengan mencocokkan antara tuntutan diprediksi dengan lokasi penampungan TransJogja. Sistem TransJogja hanya memungkinkan penumpang untuk membuat naik dan turun di tempat penampungan. Oleh karena itu, tempat penampungan memiliki peran penting untuk memfasilitasi penumpang untuk modus transportasi. Dalam penelitian ini, jumlah berlindung di masing-masing kabupaten dibandingkan dengan jumlah permintaan angkutan umum di kabupaten masing-masing. Gondokusuman dan Umbulharjo adalah kabupaten dengan jumlah tertinggi dari perjalanan dihasilkan dan menarik. Jumlah terendah generasi perjalanan ditemukan di distrik Kotagede sementara tarik terendah adalah di Kabupaten Pakualaman.
III. KESIMPULAN
a. Perjalanan angkutan umum tampaknya memiliki korelasi negatif dengan pendapatan, kepemilikan sepeda motor dan kepemilikan mobil. Ini berarti bahwa jumlah perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang menurun dengan meningkatnya pendapatan, jumlah sepeda motor dan mobil yang dimiliki. Hal ini berbeda dengan model generasi perjalanan umum (perjalanan dimodelkan untuk semua perjalanan baik kendaraan pribadi atau umum) di mana jumlah perjalanan umumnya meningkat dengan meningkatnya pendapatan, sepeda motor dan kepemilikan mobil.
b. Jumlah perjalanan angkutan umum adalah peningkatan dengan meningkatnya jumlah ukuran keluarga. Umumnya, semakin tinggi jumlah anggota keluarga; lebih perjalanan transportasi umum akan dilakukan.
c. Penerapan model evaluasi penampungan menunjukkan bahwa lokasi penampungan saat ini tidak yang sesuai untuk mengakomodasi permintaan di masing-masing kabupaten. Beberapa kabupaten yang memiliki permintaan yang relatif tinggi, seperti Tegal Rejo dan Wirobrajan, tidak dilayani oleh cukup penampungan.
IV. KOMENTAR (Kelebihan dan Kekurangan)
1. Latar Belakang pembuatan jurnal ini sudah sesuai dengan realitas yang terjadi akhir – akhir ini, sehingga dinilai sudah benar. Selain itu abstraknya cukup jelas sehingga dengan membacanya saja pembaca dapat mengerti isi jurnal tersebut.
2. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, metode ini dinilai telah sesuai dengan judul penelitiannya. Sampel dalam jurnal ini dijelaskan secara spesifik yaitu Subjek penelitian ini adalah 554 sampel dengan teknik random sampling. Penggambaran karakteristik pensampelan dalam penelitian ini sudah dipaparkan secara jelas sehingga pembaca memahami karakter pensampelan.
3. Sistematika cukup tersusun dengan baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, kesimpulan.
V. REFERENSI
Aczel., Statistik Bisnis Amir, D., (1999) Lengkap, Mc Graw-Hill.
Badan Yogyakarta Perhubungan, (2007)., Evaluasi kinerja angkutan umum perkotaan di Provinsi Yogyakarta.
Button, K., (2000) Handbook of Transport Modeling, Pergamon.
Meyer, DM, Miller, JE, (2001), Perencanaan Transportasi Perkotaan, McGraw-Hill
Ortuzar, JD, Wilumsen, LG, (1994) Pemodelan Transportasi, John Wiley & Sons.
Komentar
Posting Komentar