Langsung ke konten utama

Geomorfologi Danau di Sumatera

Geomorfologi Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar di Pulau Sumatera

Milta. C, Dwiyanti.P, Kiesha. A, Merlina, M.Fikram. Miftah. A, Rahmatullah. T

Fakultas Geografi 
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2020



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

    Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bentuklahan, pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah muka air laut, yang menekankan pada genesis dan perkembangannya di masa datang, serta kaitannya dengan lingkungan (Verstappen, 1983). Objek kajian utama dari geomorfologi adalah bentuhlahan. Bentuklahan adalah bentukan alam di permukaan bumi khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Marsoedi, 1996). Dapat disimpulkan bahwa geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhi bentuklahan, serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses di dalam susunan keruangan. Proses yang dimaksud adalah perubahan bentuklahan dalam waktu relatif pendek akibat adanya gaya eksogen serta waktu perkembangan relatif pendek.

    Bentuklahan di Sumatera merupakan hasil interaksi yang terus menerus antara faktor geomorfologi seperti struktural dan klimatologi. Efek dari pergerakan kerak bumi yang penting di masa lalu dan masa kini serta aktivitas vulkanik terkait diimbangi oleh degradasi dan peningkatan pesat yang menyebabkan iklim tropis lembab (Verstappen, 1973). Sebagian besar danau di Sumatera terbentuk oleh proses magmatik dan/atau tektonik dan menerima air dari curah hujan dan aliran sungai. Danau-danau ini terletak di dekat gunung berapi aktif dan sesar sesar aktif Sumatera.

    Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar merupakan bukti adanya proses pembentukan cekungan akibat adanya sesar geser (Pull Apart Basin), sesar geser yang terbentuk merupakan bagian dari segmen dari sesar utama yang ada di Pulau Sumatera sehingga mempengaruhi semua tatanan tektonik yang ada (Fitch, 1972). Sesar Semangko merupakan Transtention Fault yang berimplikasi terbentuknya danau-danau yang ada sepanjang tinggian jalur gunung api. Aktivitas vulkanik juga mempengaruhi dari terbentuknya danau-danau yang ada seperti aktivitas gempa vulkanik karena adanya peningkatan aktivitas magma sehingga memperluas kaldera ataupun karena adanya aktivitas pada gunung api purba sepanjang jalur magmatic arc. Daerah pada sekitar danau yang ada pada zona Sesar Semangko dijumpai adanya material piroklastik berupa tuffan, bongkah gunung api atau fragmen-fragmen dari material jatuhan dari aktivitas gunung api (Pulunggono & Cameron, 1984).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan adalah:

1. Bagaimana proses geomorfologi yang membentuk Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar di Pulau Sumatera

2. Bagaimana karakteristik Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar di Pulau Sumatera


1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui proses geomorfologi yang membentuk Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar di Pulau Sumatera

2. Mengetahui karakteristik Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar di Pulau Sumatera


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Danau Ranau

Danau Ranau terletak di bagian baratdaya Pulau Sumatra. Sebagian besar berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan dan sisanya berada di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Ranau mempunyai kedalaman 538.7 m dari permukaan laut dan area permukaan seluas 125.9 km². Danau ini termasuk danau terbesar kedua di Sumatra setelah Toba. Sungai yang bermuara ke Danau Ranau ada Warkuk, Pilla, Meijin, Sepuyuh, Kedok, Senangkal, dan Sebarak, dengan total laju aliran 23.67 m3/s, sedangkan dialiri keluar oleh Sungai Silabung. Danau Ranau merupakan jenis danau tektovulkanik karena terbentuk oleh hasil aktivitas Gunung Ranau pada masa lampau sehingga membentuk kaldera yang menjadi Danau Ranau serta terpengaruhi oleh aktivitas tektonik patahan Sumatera (Konvergensi patahan Kepahiang-Makakau and Ranau-Suoh) (Lukman, 2018).

Tabel 2.1.1 Karakteristik morfometri Danau Ranau

Gambar 2.1.2 Batimetri Danau Ranau

Slip rate geologi dapat ditentukan dari Sesar Sumatera ditentukan dari offset lateral tuf kaldera muda yang volumenya dan unit beku terkait yang meletus ke jejak patahan. Studi slip rate sebelumnya di Sumatera Selatan difokuskan pada offset lateral produk Kaldera Ranau, yang telah dikatakan jauh lebih tua dari kompleks kaldera offset lainnya di Sumatera (Bellier et al. 1999). Kaldera Ranau adalah struktur termuda di Sumatera, dan segmen paling selatan dari Sesar Sumatera memiliki slip rate yang jauh lebih cepat. Ranau Tuff terbentuk selama letusan riolitik besar termuda yang diketahui di Sumatera. Hal ini meningkatkan jumlah kejadian Volcanic Explosivity Index (VEI) 7+ yang diketahui di Sumatera selama 100 ribu tahun terakhir (kilo tahun) dari dua menjadi tiga (Natawidjaja et al., 2017).


2.2 Danau Kerinci

    Danau Kerinci terletak di Kaki Gunung Rayo. Ada 6 kecamatan yang berbatasan dengan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci, yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Air Hangat, Kecamatan Gunung Kerinci, Kecamatan Danau Kerinci, Kecamatan Sitinjau Laut, dan Kecamatan Gunung Raya. Danau Kerinci merupakan danau terluas kedua setelah Danau Toba. Secara geografis danau ini berada antara 2°7′28″ - 2°8′14″ Lintang Selatan dan 101°26′50” - 101°31′34″ Bujur Timur.


 

Gambar 2.2.1 Danau Kerinci di peta

Sumber: Lukman, 2018

 

    Danau Kerinci termasuk ke dalam danau tekto-vulkanik yang diakibatkan oleh gabungan fenomena tektonik dan vulkanik. Tektonik Sumatera saat ini merupakan hasil dari konvergensi Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Eurasia, sehingga memberikan efek deformasi pada batuan dan diduga menyebabkan terjadinya rotasi dari Pulau Sumatera. Lembah Kerinci merupakan bagian kecil dari rangkaian Zona Busur Magmatik Perbukitan Barisan dan Sistem Sesar Sumatera berupa lembah yang memanjang dari barat laut ke arah tenggara yang diapit perbukitan dengan lereng curam di kedua sisi pengapit.

    Danau Kerinci dapat disarikan bahwa lembah Kerinci dimulai terbentuk pada kala Miosen Akhir sampai Pleistosen (sekitar 3-5 juta tahun lalu) dengan terjadinya amblesan tektonik (graben) antara dua sesar aktif yakni Sesar Sungai Penuh dan Sesar Sungai Abu. Kedua sesar ini merupakan segmen dari Sesar Besar Sumatra (the Great Fault of Sumatra) yang terentang sepanjang Bukit Barisan. Aktivitas vulkanik di selatan amblesan selama kala Plio- Pleistosen menghasilkan material tuff yang mengendap dan membendung bagian tenggara lembah itu. Lembah itu kemudian terisi air dan membentuk Danau Kerinci tua yang mengalir keluar lewat bagian tenggara (sekitar lokasi Batang Merangin sekarang). Pengikisan-pengisikan kemudian terjadi hingga membentuk danau seperti yang ada sekarang.

Gambar 2.2.2 Geologi Danau Kerinci

Sumber: Lukman, 2018


    Morfometri dan Peta Batimetri Danau Kerinci 
Tinjauan dari aspek morfometri, dapat disebutkan bahwa Danau Kerinci berada pada ketinggian (elevasi) 787 m di atas permukaan laut, luas permukaan 46 km2, panjang rerata 9,80 km, lebar rerata 4,59 km, kedalaman maksimum 97 m, volume sebesar 1,6 x 109 m 3 , dan waktu tinggal (retention time) 10,8 bulan. Peta batimetri mengindikasikan bahwa Danau Kerinci membentuk cekungan dengan dasar yang agak mendatar disertai lereng yang curam ke arah tepi, terutama di sebelah tenggara (dekat Tanjung Batu), sedangkan di cekungan barat (dekat Sumerap) dan di pojok barat-laut dasarnya dangkal dan melandai.

    Danau Kerinci berada dalam Daerah Tangkapan Air (Water Catchment Area) sepanjang arah barat laut – tenggara. Luas total Daerah Tangkapan Air ini adalah sekitar 1.000 km2. Sistem sungai pada Daerah Tangkapan yang menjadi inlet Danau Kerinci terdiri dari lima subsistem yakni Sungai Siulak (712,25 km2), Sungai Selaman (52,80 km2), Sungai Kerinci (56,25 km2), Sungai Lebo/Sungai Kapur (115,03 km2) dan Sungai Jujun (68,57 km2). Sistem Sungai Siulak dengan daerah tangkapannya 712,25 km2 menyumbangkan sekitar 70,9 % dari seluruh luas daerah tangkapan Danau Kerinci. Kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci telah banyak mengalami berbagai perubahan tata guna lahan. Hal ini menyebabkan makin meningkatnya laju erosi, sedimentasi, dan eutrofikasi yang menimbulkan berbagai masalah di lingkungan perairan danau.

2.3 Danau Maninjau

    Danau Maninjau terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat atau secara geografis terletak di 100°05’- 100°17’BT (Bujur Timur) dan 0°10’ - 0°30’ LS (Lintang Selatan) (Santoso, 2007)


 

Gambar 2.3.1 Danau Maninjau di Peta

Sumber: Santoso, 2007 

    Danau Maninjau merupakan salah satu danau tipe vulkanik berupa danau kaldera yang terbentuk akibat aktivitas gunung api ribuan tahun lalu, yaitu Gunungapi Maninjau. Aktivitas gunung api tersebut berupa letusan yang dashyat sehingga menyebabkan bagian dari Sesar Semangko amblas kebawah dan menghasilkan sebuah cekungan berupa kaldera. Selama ribuan tahun secara perlahan, kaldera tersebut terisi air karena adanya akumulasi air hujan juga aluran air bawah tanah dan permukaan sehingga terbentuk Danau Maninjau. (Fransiska, 2017). Gunung api Maninjau diperkirakan tidak hanya sekali meletus besar. Setiap letusan membentuk kaldera yang saling menyambung hingga membentuk Danau Maninjau yang memanjang seperti saat ini dengan tepian yang curam sehingga menyebabkan kawasan danau ini rawan longsor dan juga banjir bandang (LIPI, 2020). Gunung api tersebut berkembang di zona Sesar Besar Sumatera (The Great Sumatera Fault) sehingga sangat rentan terhadap sesar ikutan, rekahan, atau kekar yang berukuran beberapa sentimeter hingga kilometer panjangnya. Posavec dkk (1973 dalam Santoso 2007) menyatakan bahwa kaldera memanjang terbentuk oleh dua pusat letusan, dan yang paling selatan merupakan letusan termuda. Ada pula yang berpendapat bahwa kaldera Maninjau kemungkinan terbentuk oleh satu kali letusan besar/ katastropik dan diikuti oleh

    Bentuk Danau Maninjau memanjang dari utara ke selatan dengan panjang maksimum sekitar 17 km dan lebar sekitar 8 km. Danau ini memiliki saluran masuk (inlet) yang berasal dari banyak sumber, sedangkan saluran keluar (outlet) yang mengalirkan air danau keluar hanya satu berupa outlet alami yaitu Sungai Batang Antokan, sungai yang mengalir ke arah barat menuju ke Samudra Hindia. Semakin ke arah bagian selatan danau, kedalaman semakin tinggi dengan lereng (slope) yang semakin curam. Titik terdalam danau berada di cekungan bagian selatan sedalam 169 m. Kondisi hidrologi kawasan danau secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan di kawasan danau sebagian besar mengalir melalui pola penyaluran yang telah terbentuk. Sumber air Danau Maninjau terutama berasal dari sungai-sungai yang mengalir sepanjang Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) yang bermuara ke danau selain juga dari air hujan. Di kawasan danau terdapat 88 buah sungai besar dan kecil yang mengalir ke danau.

 

2.4 Danau Singkarak

    Danau Singkarak membentang di dua kabupaten yang terdapat di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar. Danau ini memiliki luas 107,8 km² dengan panjang maksimum 21 km dan lebar 7 km. Danau Singkarak merupakan danau terluas kedua di pulau Sumatra setelah danau toba di Sumatera Utara. 

 

Gambar 2.4.1 Peta Danau Singkarak
Sumber: Lukman, 2018 

    Danau Singkarak merupakan danau tektonik yang struktur geologi dan asal muasal pembentukannya berkaitan erat dengan pergerakan Sesar Sumatra. Sesar Sumatra merupakan sesar geser mengiri yang menyebabkan terbentuknya cekungan tarik urai sampai dengan saat ini yang disebut dengan Danau Singkarak. Hal tersebut ditunjukkan oleh pola-pola kelurusan di sekitar Danau Singkarak memiliki orientasi paralel dengan Sesar Sumatra yaitu tenggara – baratlaut. Sebagai sesar geser yang memiliki segmen, sesar-sesar yang berada di danau ini dapat dikelompokkan menjadi dua buah segmen yaitu Segmen Sianok dan Segmen Sumani. Sesar-sesar pada kedua segmen ini menyebabkan paparan danau yang tidak jauh dan kemiringan permukaan lereng danau yang curam (Putra et al., 2018). Proses sedimentasi dan aktifitas sesar-sesar di Danau Singkarak mengontrol proses pengendapan dan pembentukan sub-lingkungan pengendapan di sekitaran Danau Singkarak sampai saat ini. Sesar-sesar akan mengontrol arsitektur kerangka dasar cekungan, proses deformasi sedimen yang belum terkonsolidasi, dan proses sedimentasi yang cepat. Proses sedimentasi yang cepat tersebut terjadi akibat adanya gerakan masa tanah dan batuan yang dipengaruhi oleh adanya aktivitas sesar dan tingkat kejenuhan air pada batuan dan tanah yang kelewat jenuh sehingga terjadilah banjir bandang (Katili & Kamal, 1961).

Gambar 2.4.2 Proses Pembentukan Danau Singkarak
Sumber: https://edukasi.kompas.com/

    Bentuk lahan di sekitar danau Singkarak direpresentasikan oleh bentuk lahan kipas aluvial, undak sungai, undak struktur lokosan, gawir sesar tererosi, dan perbukitan sesar bergelombang.Keseluruhanbentuk lahan tersebut adalah merupakan dari hasil aktivitas tektonik. Menjauh danau Singkarak bentuk lahan didominasi oleh produk gaya eksogen yang diekpresikan oleh bentuk lahan dari bentukan asal pelarutan. Bentukan asal denudasi  dan bentukan asal gunung api lebih lanjut bentuk lahan di sisi timur dan di sisi barat Danau Singkarak terlihat adanya perbedaan karakter. Di sisi timur Danau Singkarak bentuk lahan dicirikan oleh gawir sesar dengan kemiringan lereng yang cukup terjal, disertai oleh adanya gejala-gejalanendatan, sedangkan di sisi barat Danau Singkarak dicirikan ploh terbentuknya kipas aluvial dan kemiringan lereng yang lebih landai.

Tabel 2.4.3 Karakteristik Morfometri Danau Singkarak
Sumber: Lukman, 2018

    Variasi pengaliran masuk (inflow) Danau Singkarak adalah Sungai Baing, Paninggahan, Pingai, Suman, dan Sumpur. Sedangkan, variasi pengaliran keluar (outflow) Danau Singkarak adalah Sungai Ombilin dengan debit total = 1.1325 x 10^6 m3/tahun. Danau ini memiliki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan.

    Danau Singkarak memiliki tingkat kesuburan rendah sampai sedang (oligo-mesotropik). Pada danau ini hidup berbagai jenis ikan antara lain; ikan bilih (Mystacolencuspadangens13 Blkr), asang (Ostrochilus brochy nopterus CV), turiq (Cyclocheeihthys dezwain Cv, sasau (Hampala sp.) dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya. Masyarakat yang tinggal di sekitar danau Singkarak banyak menggantungkan

kehidupannya pada usaha penangkapan ikan pada danau ini. Luas areal perikanan danau Singkarak untuk wilayah Kabupaten Solok adalah 5311 ha, sedangkan untuk wilayah Kabupaten Tanah Datar adalah 5299 ha.

 

2.5 Danau Laut Tawar

Gambar 2.5.1 Danau Laut Tawar di Peta

Sumber: Lukman, 2018

    Danau laut Tawar secara administrasi terletak pada wilayah kecamatan kota Takengon dan Kecamatan Bintang, ibukota Kabupaten Aceh Tengah dan secara astronomis berada pada 40 50’ LU dan 960 50’ BT. Danau ini mempunyai luas 7.000 ha dengan kedalaman maksimum 115 m dan kedalaman rata rata 35 m, berada pada ketinggian 1200 m di atas Permukaan laut dan memiliki luas permukaan 57 km2. Kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi mulai datar, berbukit hingga bergunung dengan ketinggian 200-2600 m di atas permukaan laut. Kemiringan lereng daerah tangkapan air Danau Laut Tawar mempunyai enam klasifikasi, berupa 0 – 3%, 3 – 8%, 8 – 15%, 15 – 25%, 25 – 45%, dan >45%

    Danau laut tawar yang terbentang dari timur ke barat dan ditandai sebagai danau besar di bagian utara Pulau Sumatera.  Danau Laut Tawar terbentuk dari proses tektono-vulkanik, dan merupakan bagian dari Sistem sesar Sumatera sehingga danau laut tawar merupakan daerah berbukit dan memiliki lereng yang curam.  Sebagai bagian dari DAS Peusangan, Danau Laut Tawar memiliki karakteristik kemiringan yang sangat curam. Proses pembentukannya bersamaan dengan terbentuknya Sesar Semangko yang dimulai ketika kativitas erupsi berhenti dan dapur magma yang kosong menjadi tidak stabil hingga terjadi patahan dan longsoran yang dipengaruhi oleh adanya sesar Semangko. Danau laut tawar mempunyai kars yang mengelilingi danau. Danau ini merupakan satu-satunya danau di Pulau Sumatera yang terbentuk dari bentang alam kars yang berumur Permian Akhir. Selain itu pada bagian barat Danau Laut Tawar ditemukan dua kerangka yang diyakini sebagai manusia prasejarah berumur 5000-7000 tahun lalu. Di Sekitar danau ini juga ditemukan Gua Loyang Putri Pukes yang merupakan legenda masyarakat sekitar. Sekitar Danau Laut Tawar mempunyai jenis tanah podzolik merah-kuning dan jenis tanah Rezina kompleks yang dominan.  Kedalaman tanah solum sangat dangkal dan rentan terhadap erosi (Lukman, 2018). 

Tabel 2.5.2 Morfometri Danau Laut Tawar

Sumber: Lukman, 2018

 

BAB III

KESIMPULAN

 

    Danau Ranau, Danau Kerinci, Danau Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Laut Tawar merupakan danau hasil pembentukan oleh aktivitas tektonik dan vulkanik. Aktivitas tektonik membentuk formasi zona depresi sebagai dampak dari retakan atau pengangkatan kerak bumi sebagaimana yang dihasilkan Sesar Semangko. Aktivitas vulkanik merupakan hasil aktivitas gunungapi karen peningkatan dinamika magma sehingga menghasilkan kaldera. Material gunungapi mengendap dan membendung di pinggir cekungan kemudian terisi air dan terbentuk danau.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Fitch, T. J. (1972). Plate convergence, transcurrent faults, and internal deformation adjacent

to Southeast Asia and the western Pacific. Journal of Geophysical Research, 77(23),

4432–4460. https://doi.org/10.1029/jb077i023p04432

 

Fransiska, Lusy., Boedi Tjahjono., dan Komarsa Gandasasmita. (2017). Studi

Geomorofologi dan Analisis Bahaya Longsor di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Buletin Tanah dan Lahan. 1(1), 51-57

 

Katili, J., & Kamal, K. (1961). Laporan Sementara Mengenai Geologi Daerah Ombilin

Pesisir Utara Danau Singkarak. Journal of Mathematical and Fundamental

Sciences1(1), 5-23.

 

Lukman. (2018). Catalogue of Sumatran Big Lakes. Jakarta: LIPI Press

 

Marsoedi, W. D. (1996). Pedoman Klasifikasi Landform. Bogor: PT Andal Agrikarya

Prima

 

Natawidjaja, D. H., Bradley, K., Daryono, M. R., Aribowo, S., & Herrin, J. (2017). Late

Quaternary eruption of the Ranau Caldera and new geological slip rates of the Sumatran

Fault Zone in Southern Sumatra, Indonesia. Geoscience Letters, 4(1), 1–15.

https://doi.org/10.1186/s40562-017-0087-2

 

Pulunggono, A., & Cameron, N. R. (Eds.). (1984). Sumatran Microplates, Their

Characteristics and Their Role in the Evolution of the Central and South Sumatra

Basins (Vol. 1). 13th Annual Convention Proceedings.

 

Putra, R. P., Ansosry, A., & Andas, J. (2018). Implikasi Struktur Patahan Singkarak

Terhadap Kerusakan Mesjid Nurul Islam dan Fasilitas Umum di Nagari Guguk Malalo,

kecamatan Batipuh Selatan, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat. Bina

Tambang3(4), 1804-1810.

 

Santoso dan Lumban Batu. 2007. Morfogenesis Daerah Danau Kaldera Maninjau,

Sumatera Barat. Jurnal JSGD, 17(2)

 

Setyahadi, A., Eko, P., Rinaldi, I., dan Arif, A. (2012). Danau-danau Penanda Jejak

Tektovulkanik. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012.

 

Verstappen, H. T. (1983). Applied Geomorphology. International Institute for Aerial

Survey and Earth Science (LT. C) Enschede, The Netherlands.

 

Verstappen, H. T. (1973). A geomorphological reconnaissance of Sumatra and adjacent

islands (Indonesia) (Vol. 1). Wolters-Noordhoff.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stratigrafi dan Identifikasi Batuan pada Formasi Sambipitu, Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

  Stratigrafi dan Identifikasi Batuan pada Formasi Sambipitu, Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Stratigraphy and Identification of Rocks in the Sambipitu Formation, Ngalang River, Gedangsari District, Gunungkidul Regency, Special Region of Yogyakarta Milta Charennina DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN, FAKULTAS GEOGRAFI, UNIVERSITAS GADJAH MADA milta.c@mail.ugm.ac.id   ABSTRACT      The Sambipitu Formation is located in Ngalang River, Ngalang Village, Gedangsari District, Gunungkidul Regency, Yogyakarta Special Province. Geographically located at coordinates X: 453132.115 mT and Y: 9128328,004 mU. Distribution of the Sambipitu Formation is parallel to the south of the Nglanggran Formation, in the southern foot of the Baturagung Subzone, but narrows and then disappears to the east. The thickness of the Sambipitu Formation is estimated to reach 230 meters.      Volcaniclastic materials that ma...

Laporan Praktikum Kimia Dasar : Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet